Jangan dibaca, hanya bikin emosi jiwa, karena saking panjangnya !?
Tidak jarang, saat saat pegang sejumlah uang. Perasan malah takut, tidak tenang, gelisah,hilang rasa nyaman dan tidak tentram hati.
Namun tidak jarang pula, saat saat tidak mempunyai uang sama sekali, malah hebat merasa nyaman, tenang, serasa paling bahagia didunia.
Kenapa ya, apakah karena memang mental miskin seperti ini rasanya?
😗😗😗
Bersyukur mempunyai rasa takut akan hal harta.
Karena sejatinya harta yang dibelanjakan sekecil apapun, pertanyaannya di akhirat sangatlah rumit.
Bisa saja 100 rupiah 100 perak untuk beli permen saja pertanyaannya bisa mencapai beberapa hari, beberapa bulan, beberapa tahun, beberapa abad. Hehehe berlebihan ya?
Tidak berlebihan dikarenakan harta yang dipunyai akan di pertanyakan dari mana dapatnya dan dibelanjakan kemana saja.
Tau kah, saat dipertanyakan hartanya itu apakah hanya akan ditanya dengan sangat mudah seperti hal contoh,
"Kamu dapatkan darimana uang 100 perakmu itu fulan?"
"Dari hasil jualan online malaikat"
Apakah hanya seperti itu pertanyaannya dan selesai?
Tentu tidak, pastilah akan ditanyakan sangat mendetail seperti,
1. Dapat dari mana,
2. Dari siapa,
3. Dengan cara apa,
4. Apakah dengan marah,
5. Apakah si fulan ridho,
6. Kamu belanjakan kemana,
7. Dapat apa,
8. Untuk apa,
9. Apakah kamu makan dengan tetangganya keadaan kelaparan,
10. Apakah apakah apakah dengan sedetail malaikat bertanya dan pastilah dengan pertanyaan yang sempurna yang belum pernah ada manusia memikirkannya.
Itu baru 100 perak, belum uang yang lebih banyak dari itu. Seribu dua ribu, puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan, belasan juta, puluhan, milyar, triliun?
Sungguh semakin banyak harta semakin lama akan pertanyaannya.
Itulah mengapa, orang miskin 1.000 tahun hari akhirat lebih cepat masuk surga ketimbang orang kaya yang masuk surga. Itu dikarenakan hartanya yang menghambat lama untuk dihisab atau dihitung.
Ingat, 1 harinya di akhirat adalah 1.000 tahun didunia lamanya. Bisa dibayangkan berapa lama jarak orang kaya untuk masuk surga daripada si miskin?
Jangan dibayangkan, namun rasakan apa kata hati kecil Anda.
---------------
Apakah jika takut membawa harta dan terasa nyaman menjadi orang miskin dapat dikatakan orang itu mental miskin?
Bukan, malah dialah orang yang pintar dan cerdas karena memikirkan kehidupan nyatanya nanti di negri akhirat yang abadi.
Apakah Anda termasuk orang yang percaya Manusia hidup hanya sementara?
Saya tidak, saya meyakini Manusia adalah ciptaan Tuhan yang Abadi, yang hanya sementara hanyalah sebentar seperti sewaktu sore tinggal didunia, namun setelahnya akan kekal berpindah di negerinya nanti yaitu akhirat. (Setuju di sebagian hal dan tidak setuju di hal yang lain jika manusia itu hanya sementara)
Mental Miskin?
Yah mungkin bagi pendapat sebagian manusia yang sombong akan dirinya, ia akan bilang yang nyaman tidak memegang uang adalah hanya ia si mental miskin dan psimis, orang yang miskin adalah orang yang bermalas malasan, tidak mau usaha bekerja keras untuk menjadi kaya.
Padahal miskin jika kita berpikir dengan kebaikan, bahwa miskin bukanlah pilihan, namun sudah ketetapan, sunatullah, yang memang harus ada karena Tuhan kita telah menciptakan berpasang pasangan, Laki perempuan, Bumi Langit, Kaya dan Miskin.
Namun mental si miskin sesungguhnya memanglah ada, yaitu ia yang bangkrut di akhiratnya meski ia shalat dan banyak sedekah, jika terus menghardik dan memaki manusia lain juga dia mempunyai sedikit kesombongan sudah cukup baginya menjadi orang yang miskin bangkrut (diakhirat) meski ia kaya akan harta.
Mereka yang mengatakan yang miskin bermalas malasan maka ia sudah lupa dengan dirinya, untuk apa dia diciptakan didunia.
Karena sejatinya manusia diciptakan bukanlah untuk menjadi seorang yang kaya harta. Namun manusia diciptakan hanya untuk beribadah menyembah kepadaNya.
Dan dia sudah lupa, bahwa bekerja bukanlah tuntutan untuk menjadi kaya, namun bekerja adalah tuntunan ikhtiar berusaha untuk menciptakan bentuk peribadatan kepadanya.
Tidak jarang orang yang beriman kuat, mereka bekerja hanyalah untuk demi kesempurnaan ibadahnya.
Seperti halnya perumpamaan perbandingan orang bodoh, tujuan dia makan hanyalah untuk memuaskan nafsunya, yaitu untuk merasa puas nikmat dengan kelezatan makan, dan untuk mengencangkan puas perutnya.
Namun orang yang cerdas pintar dia tau bahwa makan adalah secukupnya, untuk hanya sekedar dengan niat makan adalah supaya sehat dan kuat untuk melakukan ibadah kesehariannya.
Begitulah orang yang bekerja untuk memperkaya diri dan kikir untuk menumpuk hartanya, bagi yang miskin tidak sedikit mereka bekerja hanya untuk cukup untuk melakukan peribadahannya.
Oleh karena itu, miskin bukanlah suatu kehinaan, meskipun benar banyak yang dihina dan ada pula orang miskin karena kemalasannya. Begitulah kehidupan.
Yang menyombongkan hartanya, dan merenadahkan manusia lain, jelas akan terhalang bau surga darinya. Baunya saja terhalang, apalagi untuk memasukinya.
Yang miskin, adalah yang terdepan karena mendapat keutamaan lebih cepat memasuki surgaNya, dengan SK )*
(Syarat dan Ketentuan pastilah berlaku, karena bukan berarti miskin mutlak masuk surga. Ada pula yang mampir dineraka juga ada yang pasti kekal didalamnya)
Tergantung miskinnya kita sikapi seperti apa. Maka itu yang menentukan kemana tempat akhir mereka (kita)
Okay?
Miskin bukan berarti terhina.
Semoga kita kali ini sepakat bahwa miskin bukan berarti orang yang malas dan bermental miskin.
Falah Amnan Al Islam
No comments:
Post a Comment