Wednesday, 29 August 2018

LAFADZ ISTIGHFAR ADA PDF NYA

LAFADZ ISTIGHFAR

BEBERAPA LAFADZ ISTIGHFAR YANG SHAHIH

Di bawah ini beberapa lafadz istigfar yang berasal dari Al-Qur’an dan sunnah Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

1. Lafazh istighfar terpendek

أَسْتَغْفِرُ الله

“Astaghfirullah”.
Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah”. (Riwayat Muslim ).

Biasa dibaca sebanyak 3 x oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selepas shalat.

2. Dalam hadits At Timridzi, Abu Dawud, dan Al Hakim bahwa, barangsiapa membaca istighfar dibawah ini, maka akan diampunkan dosanya, meskipun ia telah lari dari medan jihad yang sedang berkecamuk (dimana dosanya sangat besar sekali) :

أَسْتَغْفِرُ الله الَّذِي لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

“Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum, wa atubu ilaih”
Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah, Yang tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus, dan aku bertobat kepada-Nya”.

Dan atau

Dengan mengucap 
“Astagfirullahal adzim alladzi la ilaaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaih”

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْه

Berdasarkan riwayat Imam at-Tirmidzi:

مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ

“Barangsiapa yang mengucap
“Astagfirullahal adziim alladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilaih” 
Artinya : (Aku meminta ampun kepada Allah yang maha agung yang tiada ilah yang berhak disembah kecuali Dia yang maha hidup dan maha mengatur dan aku bertaubat kepada-Nya), 
maka Allah akan mengampuni (dosanya) walaupun dia lari dari medan perang.”
(HR At-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Albani).

3. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim lafazh istighfar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak dibaca di akhir masa hidup Nabi.

سُبْحَانَ اللهُ وَبِحَمْدِهِ، 
أَسْتَغْفِرُالله وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

“Subhanallah wa bihamdih. Astaghfirullah, wa atubu ilaih”
Artinya : “Maha Suci Allah, dan dengan memuji-Nya. 
Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya”.

Atau dengan lafazh dan redaksi Muslim berikut ini :

سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

“Subhanaka, Allahumma wa bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik”
Artinya : “Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”.

4. Lafazh doa istighfar dalam riwayat Al Bukhari yang biasa dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. dalam ruku’ dan sujud, khususnya di akhir hidup beliau, dalam rangka mengamalkan perintah Allah dalam surah An-Nashr :

سُبْحَانَكَ اللهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

“Subhanaka, Allahumma Rabbana, wa bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik”
Artinya : “Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”.

5. Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dalam riwayat Abu Daud, At Tirmidzi, dan Ahmad, sempat menghitung lafazh istighfar berikut ini dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. dalam satu majlis, sebanyak 100 x :

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

“Rabbighfirli, wa tub ‘alayya, innaka Anta At-Tawwabur-Rahim”

Artinya : “Wahai Tuhan-ku, ampunilah daku, dan terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkau-lah Dzat Maha Penerima tobat, dan Maha Penyayang”.

6. Doa istighfar kaffaratul majlis (penutup dan penghapus dosa majlis) dalam riwayat Abu Dawud, An Nasa’i, Ath Thabrani, dan Al Hakim :

سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

“Subhanaka, Allahumma wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa Anta, astaghfiruka, wa atubu ilaik”.

Aprtinya : “Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”.

7. Lafazh doa istighfar dalam Shahih Al Bukhari yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. kepada sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu untuk dibaca di dalam shalat khususnya sebelum salam :

اللهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Allahumma inni dzalamtu nafsi dzulman katsira, wala yaghfirudz-dzunuba illa Anta, faghfirli maghfiratan min ‘indika, warhamni, innaka Antal-Ghafurur-Rahim”

Artinya : “Ya Allah sungguh aku telah mendzalimi diriku dengan kedzaliman yang banyak. Dan tiada yang bisa mengampuni dosa-dosa selain hanya Engkau. Maka ampunkanlah daku dengan sebuah pengampnan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau-lah Dzat Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

8. Sayyidul istighfar (Induk istighfar)

اللهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ، لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Allahumma Anta Raabbi, la ilaha illa Anta, khalaqtani wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu. A’udzu bika min syarri ma shana’tu. Abu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abu-u laka bidzambi. Faghfirli fa innahu la yaghfirudz-dzunuba illa Anta”

Artinya : “Ya Allah Engkau-lah Tuhan-ku. Tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau Yang telah Menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan menjaga janji-Mu seoptimal yang aku mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan segala yang aku perbuat. Aku kembali kepada-Mu dengan (mengakui) segala nikmat-Mu kepadaku. Dan akupun kembali kepada-Mu dengan (mengakui) semua dosaku. Maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tiada yang bisa mengampuni dosa-dosa selain hanya Engkau”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga”.
(HR. Bukhari no. 6306).

9. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (ketika menjelang kematiannya) sedang bersandar padanya. Lalu beliau mengucapkan,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَأَلْحِقْنِى بِالرَّفِيقِ الأَعْلَى

“Ya Allah, ampunilah aku, kasihilah aku dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang sholih.”
(HR. Bukhari no. 5674. Lihat Al Muntaqho Syar Al Muwatho’)

Sumber : https://rumaysho.com/56-nabi-kita-tidak-pernah-bosan-beristigfar.html

https://kumpulssite.wordpress.com/category/i-ensiklopedia-islam/❁-istighfar/4-beberapa-lafadz-istighfar-yang-sohih/

http://abuzaidaz.blogspot.co.id/2014/07/lafadz-lafadz-istigfar.html?m=1

Link pdf : https://drive.google.com/folderview?id=1GdEFKbRAq35xP9YTXmHa5V8gBZ5kVwUr

Sunday, 26 August 2018

BAHASA ARAB

https://islamika.net/126661-download-durusul-lughah-al-arabiyyah-buku-panduan-belajar-bahasa-arab.html

Monday, 13 August 2018

Mau qurban agak bingung, mana yang lebih utama ikut urunan sapi atau qurban sendiri?

Mau qurban agak bingung, mana yang lebih utama ikut urunan sapi atau qurban sendiri? sukron

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Urutan qurban yang paling sempurna adalah onta, kemudian sapi, kemudian kambing. Ini jika biaya pengadaannya dari satu orang dan bukan urunan. Dalil mengenai hal ini adalah janji pahala yang Allah berikan bagi mareka yang datang jumatan di awal waktu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ راح في الساعة الأولى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً

“Siapa yang berangkat Jum’at di awal waktu, maka dia seperti berqurban dengan unta. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kedua, maka dia seperti berqurban dengan sapi. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu ketiga, maka dia seperti berqurban dengan kambing gibas yang bertanduk. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu keempat, maka dia seperti berqurban dengan ayam. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kelima, maka dia seperti berqurban dengan telur.” (HR. Bukhari 881 & Muslim  850)

Namun jika sapi itu dibeli dari hasil urunan, nilai keutamaannya menjadi berbeda. Karena itulah para ulama membahas, mana yang lebih utama, berqurban dengan seekor kambing atau ikut urunan sapi?.

Banyak ulama yang menegaskan bahwa berqurban dengan seekor kambing, lebih utama dibandingkan ikut urunan sapi. Kita simak penuturan mereka,

[1] Keterangan Ibnu Qudamah – Hambali – ,

والشاة أفضل من شرك (أي : الاشتراك) في بدنة ; لأن إراقة الدم مقصودة في الأضحية , والمنفرد يتقرب بإراقته كله

Qurban seekor kambing lebih utama dibandingkan ikut urunan onta. Karena tujuan utama ibadah qurban adalah Iraqah ad-Dam (menumpahkan darah). Dan satu orang, bisa berqurban dengan menyembelih satu ekor utuh. (al-Mughni, 9/439).

[2] Keterangan as-Syirazi – Syafiiyah –,

والشاة أفضل من مشاركة سبعة في بدنة أو بقرة لأنه يتفرد بإراقة دم

Berqurban dengan seekor kambing, lebih afdhal dibandingkan ikut urunan onta atau sapi bersama 7 orang. Karena qurban seekor kambing berarti menumpahkan  darah (menyembelih) sendirian. (al-Muhadzab, 1/433).

[3] Keterangan Ibnu Qasim Al-Ghazzi –Syafiiyah –

وتجزىء الشاة عن شخص واحد وهي أفضل من مشاركته في بعير

Seekor kambing bisa untuk qurban satu orang, dan seekor kambing lebih utama dibandingkan ikut urunan unta. (Fathul Qarib, hlm. 312)

[4] Keterangan Ibnu Utsaimin,

الأفضل من الأضاحي : الإبل ، ثم البقر إن ضحى بها كاملة ، ثم الضأن ، ثم المعز ، ثم سُبْع البدنة ، ثم سبع البقرة

“Qurban yang paling afdhal adalah onta, lalu sapi, jika qurbannya utuh (tidak urunan), kemudian domba, kemudian kambing jawa, kemudian sepertujuh onta, kemudian sepertujuh sapi.” (Ahkam al-Udhhiyah)

Sapi memang lebih berdaging… namun tujuan utama qurban bukan untuk mencari daging, tapi untuk mencari taqwa kepada Allah…

Allah berfirman,

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. al-Hajj: 37)

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Read more https://konsultasisyariah.com/32177-mana-yang-lebih-utama-qurban-kambing-atau-urunan-sapi.html

Monday, 6 August 2018

PEMBUBARAN KAJIAN DI ACEH

Ada yang mbubarin Kajian Sunnah.

Lalu berbicara ditengah dari para hadirin.
Menjelaskanlah orang yang berbicara ini dengan teriak suara keras, dan di campur dengan emosi.

Lalu terjadilah lidah yang terpeleset tanpa sadar.
Sudah tidak ada adab, teriak teriak dalam Masjid, Berdiri, Emosi, dan Marah marah.

Lidah di pelesetkan dengan mengatakan,
"Yang mendapat jaminan Neraka adalah Rasulullah ... "

Astaghfirullah, dengan lirih seluruh jamaah mengucapkan kalimat memohon ampun.

Meski kajian di bubarkan, lantas kajian sunnah ini tidak sama sekali membalas, atau dijadikan bahan keributan.

Sebenarnya yang membuat ribut bukanlah kajiannya.
Namun mereka yang suka membubarkan dengan main hakim sendiri.

Karena sejatinya, mereka teriak NKRI harga mati, namun mereka tidak mematuhi atau mengindahkan peraturan negara sendiri.

Dikarenakan Negara sendiri sudah ada standarisasi kajian mana yang sesat, kajian mana yang memecah belah, kajian mana yang mendiskreditkan pemerintah sehingga berbuat makar atau ada niatan menggulingkan pemerintahan, kajian mana yang membuat rusuh.

Ketahuilah Kajian yang disebut Kajian Sunnah, atau Kajian Salafi Atau kajian Manhaj Salaf, sama sekali bukan salah satu kajian yang dilarang pemerintah. Bahkan Pemerintah dan MUI sendiri tidak menyatakan 1 pernyataan pun untuk dikatakan kajian Sunnah Manhaj Salaf ini adalah Kajian yang memecah belah, apalagi kajian yang sesat.

Sungguh orang orang yang suka mengatakan kajian Sunnah Manhaj Salaf ini adalah sesat dan suka memecah belah, adalah mereka orang orang yang tidak terlepas dari:

1. Tidak mengerti atau awam
2. Wawasan tidak luas
3. Fanatik Organisasi
4. Bodoh
5. Pembenci sunnah yang suka mengedepankan kreasi dalam agama yang suka menambah amalan amalan, dan mengurangi apa yang tidak disukai dalam aturan Agama.
6. Terdoktrin Pemahaman Syiah
7. Yang paling akhir, karena diberi pemikiran untuk membenci dari guru gurunya yang tidak satu pemahaman dari guru tersebut.

Maka sungguh jika Salafi atau Kajian Sunnah Manhaj Salaf ini sesat yang menyimpang, yang mereka tuduh sebagai Wahabi ini adalah suka pemecah belah dan menyesatkan,
Maka, seharusnya pemerintah sudah membubarkan Kajian Sunnah ini, kajian dengan Pemahaman para Salaf, pemahaman Agama yang diambil dari pemahaman Para Sahabat Nabi ini.

Kalau Kajian Sunnah Manhaj Salaf ini dikatakan Sebagai Wahabi, Kejam membunuh para Ulama, membunuh Kaum Muslimin, sungguh ini tuduhan yang Sangat teramat Keji lagi Hina.

Saya sebagai saksi bahwa Kajian Sunnah ini adalah Kajian yang Haq, karena saya benar benar menyaksikan dan saya merasakan.

Karna diri saya pribadi dahulu juga peneriak Kajian Sunnah Manhaj Salaf ini adalah sebagai Kajian Wahabi yang sesat lagi menyesatkan.

Namun dengan ijinNya, sekarang saya sudah mengetahui mana kajian yang haq dan mana kajian yang bathil, yang mana dulu karena kebodohan saya tidak mempunyai wawasan sehingga saya mengikuti orang orang yang salah, semoga saya diberi pengampunan.

Teman teman, belajarlah Agama.
Bukan ikut atau menerima sekedar kajian untuk saling membenci.

Belajar dalam artian baca dan hafalkan amalan keseharian, terapkan, dalam kehidupan sehari hari. Ambil hafalan ini dengan yang sungguh datang dari Nabi, yaitu ambil Quran Sunnah dengan diambil dari Riwayat yang Shahih. Tinggalkan riwayat Yang lemah atau dhoif.

Sementara itu dulu amalkan, dan berdoa semoga ditunjuki jalan yang lurus.

--------

Bandingkan Kajian Sunnah Manhaj Salaf dengan kajian yang membawa hawa nafsu, kajian yang mereka mendoktrin jauhi kelompok ini, jangan pelajari kelompok ini, jangan membaca artikel di google dll yang sifatnya mengkerdilkan wawasan kita, untuk mempersempit wawasan yang mana wawasan ini dapat menjadi sebagai pembanding menuju kebenaran.

Mereka guru atau kajian yang mengajarkan pelarangan membaca buku artikel lain, adalah guru yang cemas, takut akan orang orang mengetahui pemahaman yang lebih tepat dan menyeberangi pendapat dari guru ini.

-------

Teman,
Amalkan amalan yang benar benar shahih dulu, artinya amalkan apa yang sudah pernah di amalkan nabi, yang amalan pernah dilakukan oleh nabi. Kita yang awam lebih selamat mengikuti amalan yang pernah dilakukan nabi. Daripada kita mengikuti amalan yang belum pernah dilakukan oleh Nabi Salallahu 'alaihi wasallam.

Tinggalkan amalan yang belum pernah di lakukan dan tidak diperintahkan oleh Nabi. Jika datang amalan ke kita adalah hasil amalan yang datang dari :

1. Kiyasan kiyasan atau cocoklogi padahal Nabi tidak mengerjakan, dan Nabi tidak secara langsung memerintahkan. Maka tinggalkan dulu, jangan sekedar ikut ikutan. Sampai nanti kita memahami.

2. Datang dari Mimpi sesorang atau mimpi syaikh atau guru atau orang yang dikatakan sebagai orang alim, maka tinggalkan. Meski amalan ini ia klaim dari mimpi Nabi.
Karena sungguh amalan ini tidak pernah ada petunjuknya amalan yang datang lewat dari mimpi. Karena amalan kesemuanya telah sempurna, telah diajarkan seluruhnya dari Nabi untuk kita. Maka tidak ada pengajaran lewat mimpi, atau amalan tambahan lewat mimpi.

Demikian

Falah Amnan Al Islam
Koreksi jika salah ...

Thursday, 2 August 2018

ASMAUL HUSNA

No Nama Arab Artinya

Allah الله Allah
1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pengasih
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang
3 Al Malik الملك Yang Maha Merajai/Memerintah
4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci
5 As Salaam السلام Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Pemelihara
8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` البارئ Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-Nya)
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluk-Nya)
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluk-Nya)
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluk-Nya)
23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluk-Nya)
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya)
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluk-Nya)
26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Pengampun
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Mulia
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Mulia
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Mengkalkulasi
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahiid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad الاحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal الأول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir الأخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barri البر Yang Maha Penderma
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii` النافع Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur النور Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Baadii البديع Yang Indah Tidak Mempunyai Banding
96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal
97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar

Anggi Happy Pangestu